beranda

Jumat, 15 Oktober 2010

teori belajar humanistik

Teori Belajar Humanistik
Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran





















Disusun Oleh
.:: Arianto
.:: Bobi Kurniawan
.:: Jaka Setiawan
.:: Puput Yulianto

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi
Universitas Sriwijaya
Tahun Akademik 2009/ 2010


Pendahuluan
Manusia adalah ciptaan Allah Ta’alla yang diberikan 3 kelebihan utama, yaitu : ruh yang bisa membuat manusia bisa hidup didunia ini, jasad yang sempurna, dan akal yang mampu membuat manusia bisa menaklupkan dunia serta menghilangkan keterbatasan. Akal inilah yang membedakan manusia dengan makhlup lainnya. Dengan kemampuan menggunakan akal inilah, manusia bisa dikatakan manusia. Sedangkan kemampuan manusia untuk mengasah akal pikirannya dengan cata Berfikir.
Berfikir adalah cara akal bekerja, sedangkan hal yang sangat digunakan manusia untuk berfikir tidak lain adalah ilmu. Dengan ilmu inilah, manusia bisa mampu mengendalikan ruh, sehingga bisa menjadi manusia yang seutuhnya. Oleh karena kompleksitas manusia, maka sangat dirasa perlu untuk memberikan pengajaran yang sesuai dengan kohormatan sebagai manusia, yang tak lain adalah pendidikan, Memanusiakan Manusia (Humanistik).
Dengan adanya pengetahuan tentang cara belajar Humanistik, diharapkan manusia sebagai pendidik yang objek didikannya adalah tidak lain manusia tidak berbuat hal yang menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Karena pendidik yang telah terjun dan siap untuk mendidik, pada hakikatnya telah berilmu. Sedangkan ilmu didapatkan dari pendidikan dan akal. Sedangkan untuk mentransfer ilmu diperlukan proses yang tidak mudah, mengingat tujuan pendidikan adalah untuk menyediakan manusia bagi masyarakat yang berkualitas.

}} Teori Belajar Humanistik
Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme. Sedangkan kerangka berfikir pada teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para pendidik pada aliran ini, penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu : proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi ini pada individu. Oleh karena itu, Teori ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pendang pengamatannya.

}} Tokoh Teori Humanistik
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa tidak ada alasan penting bagi mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self). Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
a. Carl Rogers
Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.
Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya Serta tanpa adanya hal yang mengancam.
d. Belajar Atas inisiatif sendiri
e. Belajar dan berubah
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
}} Pengembangan

Didalam kemajuan peradapan pendidikan mempunyai peranan yang penting karena dengan pendidikan akan menciptakan generasi muda yang cerdas, kreatif dan cendekia. Tetapi lembaga pendidikan saat ini telah tercoreng dengan adanya kekerasan dalam pendidikan di lembaga tersebut . hal ini sangat disayangkan mengingat bahwa pedidikan adalah ilmu normative, maka fungsi institusi/ lembaga pendidikan adalah menumbuh-kembangkan subyek didik ketingkat normative yang lebih baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Pada kenyataanya kondisi pendidikan Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan karena beberapa pihak masih menggunakan kekerasan dengan dalih demi kedisiplinan. Beberapa penyebab terjadinya kekerasan dalam pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan penghukuman terutama fisik. Selain itu penyebab kekerasan dalam pendidikan dapat dilihat dari kondisi pendidikan saat ini, yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal merupakan factor yang berpengaruh langsung bagi perilaku para pelajar atau mahasiswa dan tenaga pendidiknya. Pada kondisi internal sejauh ini dijumpai kesenjangan (discrepancy,gap) yang cukup dalam antara upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan (idealisas) dengan kondisi riil yang dialami dilapangan (realitas). Sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi non pendidikan yang merupakan factor tidak langsung menimbulkan potensi kekerasan dalam pendidikan. Kondisi ini tampak dalam kehidupan social dan budaya masyarakat dimana pelaku pendidikan berada didalamnya. Misalnya masalah pengguna narkoba semakin meningkat dilakukan oleh para pelajar bahkan pornografi dan pergaulan bebas. Semua itu menjadi masalah krusial dalam pendidikan karena kekerasan dalam pendidikan bias dipengaruhi secara tidak langsung oleh kondisi eksternal tersebut.
Tipologi kekerasan dalam pendidikan, dapat dibedakan menjadi 4 antara lain:
1. kekerasan terbuka yakni kekerasan yang dapat dilihat/ diamati secara langsung. Misalnya guru mencubit atau menjewer siswanya yang tidak mengerjakan tugas, perkelahian antar siswa.
2. kekerasan tertutup yakni kekerasan tersembunyi/ tidak dilihat secara langsung. Misalnya mengancam/intimidasi contohnya kasus demonstran mahasiswa.
3. kekerasan agresif yakni kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, seperti merampas, pemerkosaan atau pencabulan yang sering dilakukan oleh pengajar kepada siswa SD dan SMP
4. kekerasan defentif yakni kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan.
Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan perubahan dalan system pendidikan yang lebih manusiawi. Karena beberapa bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih meraja lela merupakan indicator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu humanisasi pendidikan dapat dijadikan solusi agar praktek kekerasan dalam pendidikan dapat berkurang bahkan dapat dihilangkan. Karena humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional dan cerdas spiritual bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu menngatasi persoalan yang dihadapi.

}} Keterkaitan
berdasarkan contoh yang kami ambil, maka keterkaitan dengan pembahasan teori belajar Humanistik adalah , akibat buruknya system dan kebijakan pendidikan yang berlaku, dimana muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan dengan kemampuan afektif, selain itu dipengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami pergeseran cepat sehingga menimbulkan sikap instant solution/ jalan pintas dan kekerasan yang dipengaruhi oleh latar belakang social-ekonomi pelaku. Oleh karena itu, penting bagi calon pendidik untuk memahami teori belajar ini, agar dalam proses belajar tidak menggunakan hal yang diluar moral serta kemanusiaan, sehingga dalam proses belaja dan pembelajaran baik pendidik ataupun peserta didik tidak menghilangkan kapasitanya sebagai manusia

}} Kesimpulan

Humanistik adalah aliran dalam psikologi sebagai reaksi terhadap behaviorisme. Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut. Materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka. Dengan adanya pengetahuan tentang cara belajar Humanistik, diharapkan manusia sebagai pendidik yang objek didikannya adalah tidak lain manusia tidak berbuat hal yang menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga tidak menghilangkan perannya sebagai manusia yang difasilitasi dengan segala kompleksitas.


Sumber Bacaan Penyusunan Makalah

http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/teori-humanistik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik/
http://trimanjuniarso.wordpress.com/
Sinar Post. Edisi 27 Oktober 2008. Pendidikan, Memanusiakan Manusia.
Sinar Post. Edisi 30 Oktober 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar